Tech in Asia 2015 — Developer Stage
Diselenggarakan di Balai Kartini, Tech in Asia Jakarta 2015 yang berlangsung selama 2 hari ini, memiliki beberapa stage, yaitu Main Stage, Developer Stage, Main Stage, Student Stage (Hari pertama) dan Fin-Tech Stage, Mobile Stage (Hari kedua). Saya mewakili KMKLabs untuk mengikuti Developer Stage.
Berikut ini ringkasan dari masing-masing pembicara dalam Developer Stage — Tech in Asia 2015.
Talk #1 — The Future of Indonesia’s Cloud
Talk yang dibawakan oleh Bapak Dondy Bappedyanto, GM Infinys System Indonesia (CloudKilat) ini menjelaskan kepada kita mengenai bagaimana masa depan Cloud service lokal Indonesia. Ternyata beberapa hal yang menjadi persepsi dari sebagian besar developer Indonesia yang mengira bahwa Cloud service lokal itu mahal dan tidak dapat diandalkan itu kurang tepat. Karena dari data yang disajikan, Cloud service lokal memiliki pricing yang jauh lebih murah dan reliability yang bersaing dengan Cloud service global.
Dalam sesi tanya jawab, Pak Dondy juga memberikan kesempatan bagi para developer yang ingin mengembangkan 3rd party tools untuk CloudKilat, akan diberikan funding untuk hal tersebut dari CloudKilat. Hal ini menjawab pertanyaan bagi sebagian besar developer yang mengeluh bahwa 3rd party tools atau libraries untuk service lokal sedikit atau tidak ada.
Talk #2 — Development Operation
Talk kedua dari Developer stage dibawakan oleh Pak Ridy Lie, CTO dari Bilna.com. Dalam talk ini beliau menjelaskan mengenai bagaimana perspektif beliau mengenai DevOps. Beliau memberikan gambaran bagaimana tipikal startup melakukan ops dalam keseharian mereka.
Problem dari kebanyakan startup dalam menjalankan DevOps disebabkan karena deployment mereka begitu lambat (mingguan), konfigurasi yang tidak dimasukkan dalam version control, manual testing, dsb.
Beliau menawarkan solusi yang dapat diaplikasikan dalam Development dan Operation, yaitu Automated Test, menulis tes untuk setiap bug, Automatic Deployment, akses log production untuk Developer, dsb.
Dalam talk ini beliau juga mengingatkan, tidak hanya kita harus merubah kebiasaan, kita juga perlu merubah mindset. Sebagai Developer, kita harus menanyakan pada diri sendiri
Apakah code saya mudah dioperasikan (di deploy)?
Sebagai Ops, kita juga harus bertanya
Apakah saya membantu Developer untuk menghasilkan lebih cepat dan lebih berkualitas?
Mindset ini akan membantu kita sebagai team untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Talk #3 — How we scaled our API
Talk ketiga ini dibawakan oleh Yaw Yeo, Director of BizDev APAC @ Twilio. Pada Talk ini beliau menceritakan bagaimana Twilio mengembangkan API mereka hingga dapat melayani user dalam jumlah yang sangat besar.
Dalam talk ini, banyak dibahas mengenai bagaimana Twilio mengembangkan service mereka dengan menggunakan Micro Service Architecture. Mereka sangat menyarankan untuk menghindari Monolithic Application, mendefinisikan batas-batas antar service serta bagaimana mereka membuat setiap service memiliki Product team yang berbeda-beda, sehingga setiap team memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap service yang mereka kembangkan.
Dalam mendesain suatu sistem, kita perlu juga untuk mendesain sistem tersebut untuk gagal, karena seberapapun hebatnya sebuah sistem, pasti suatu saat akan mengalami kegagalan atau downtime. Sebisa mungkin monitor keseluruhan stack, mulai dari masing-masing sistem itu sendiri, carrier dan network, service monitoring, application monitoring, fraud detection atau spam, end to end testing dan feedback API.
Dalam talk ini juga ada demo dari Twilio mengenai bagaimana dalam beberapa line of code, kita dapat dengan mudah menerima panggilan telepon dan menjawabnya secara otomatis.
Talk #4 — How to Make an App Go Viral
Talk keempat ini dibawakan oleh Kenny Ye, Director of the International Business Department of UCWeb, an Alibaba company. Di dalam talk ini beliau memberikan tips untuk membuat aplikasi yang kita buat menjadi Viral (terkenal).
Beliau memberikan data mengenai masalah yang dihadapi oleh Mobile App, yaitu sekitar 80% device yang beredar memiliki spesifikasi yang rendah, 40% jaringan internet untuk mobile lambat dan tidak stabil, 70% orang malas menginstall aplikasi dan memilih menggunakan browser untuk mengakses versi web.
Dari ketiga masalah tersebut, beliau memberikan tiga solusi, Ultimate, Localization dan Engagement.
Ultimate maksudnya, aplikasi kita harus ringan, cepat dan tidak memakan banyak bandwidth. Localization, aplikasi kita harus memiliki sebanyak mungkin konten lokal. Dan Engagement, yaitu kita sebagai pengembang dari aplikasi tersebut harus ikut serta dalam komunitas lokal agar komunitas tahu mengenai aplikasi kita.
Talk #5 — Talent Acquisition in Indonesia
Untuk Talk yang kelima yang dibawakan oleh Ibu Ken Ratri Iswari, Founder & CEO dari GeekHunter. Beliau menceritakan mengenai bagaimana sulitnya mencari Programmer yang baik di Indonesia.
Dari pengalaman beliau dalam membantu mencari programmer untuk client-client GeekHunter, ada beberapa opini dari client mereka mengenai programmer Indonesia. Pertama orang Indonesia adalah programmer terburuk dibanding dengan negara-negara lain (kecuali programmer Indonesia di KMK). Kedua, banyak programmer di Indonesia yang sibuk membuat ulang aplikasi atau e-commerce yang ada di luar negeri. Ketiga, programmer Indonesia suka komplain. Keempat, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, yaitu 26% dari generasi Millenial percaya bahwa pekerja hanya diharapkan untuk tetap bekerja dalam suatu perusahaan dalam 1 tahun atau kurang (Turnover rate yang tinggi).
Dari Keempat masalah tersebut, beliau memberikan beberapa solusi untuk kita, para programmer Indonesia. Pertama, kita perlu membantu pemerintah dalam mengajarkan software development practice yang baik kepada generasi selanjutnya. Kedua, kita sebagai programmer perlu menaikkan standar dengan cara selalu men-upgrade skill kita. Ketiga, kita perlu memperhatikan attitude kita dalam bekerja, agar tidak ada kesalahpahaman dari perusahaan kepada kita.
Dalam sesi tanya jawab, ada audience yang curhat mengenai betapa sulitnya mencari programmer yang mahir dalam Ruby dan Rails. Ibu Ken merespon curhat tersebut dengan menyebutkan program Akademi KMK yang sedang berjalan sekarang.
Talk #6 — Building for Digital Inclusion
Talk terakhir dari Developer stage yang dibawakan oleh Ibu Jackie Chang, Product Partnerships Manager dari Facebook. Dalam talk ini beliau menceritakan mengenai internet.org proyek dari Facebook. Visi dan misi dari proyek ini adalah membawa akses internet kepada 60% orang yang belum terhubung ke internet.
Fokus dari talk ini menceritakan bagaimana internet.org menyediakan layanan dasar yang gratis untuk sebagian orang tersebut dan memberitahu kepada komunitas developer di Indonesia untuk bergabung di dalamnya.
Untuk bergabung, kita harus memiliki web versi mobile yang efisien dalam penggunaan data, memiliki fallback (saat tidak ada JS, iFrame atau Flash), tidak menggunakan komponen yang membutuhkan bandwidth yang cepat, gambar yang efisien dan tidak banyak dalam satu page.
Beliau juga memperkenalkan FBStart sebagai sarana bagi para developer untuk mengembangkan aplikasi mobile. FBStart dapat diakses di fbstart.com dan memiliki beberapa program yang gratis untuk para pengembang aplikasi mobile.
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari mengikuti konferensi ini adalah sebagai berikut:
Sekian dan terima kasih telah membaca.